SHARE

Kini lega, lembah Bromo diwartakan kembali menghijau, terbayang hamparan ilang-ilang, anggun gemulainya rerumputan, rimbunan pesona kuncup edelweis dari batang-batang keringnya yang penuh makna filosofis, bunga keabadian, bunga cinta dan keberanian begitu

CARAPANDANG - Kemarin hari di lalap tornado api, terbakar lantaran insiden (petaka) flare prewedding photoshoot. Kini lega, lembah Bromo diwartakan kembali menghijau, terbayang hamparan ilang-ilang, anggun gemulainya rerumputan, rimbunan pesona kuncup edelweis dari batang-batang keringnya yang penuh makna filosofis, bunga keabadian, bunga cinta dan keberanian begitu indah menghiasi ladang Savana.

Seketika saja ingin healing, berobat khawatir pikiran kedodoran, jeda sebentar saja dari hiruk-pikuk sinetronisasi politik yang penuh hasrat “matang pagi mentah sore”. Betapa rindu menusuk jiwa ingin kembali menikmati keindahan belahan surga, memandang keelokan langit-langit biru indonesia di bukit Savana (Sabana). Menikmati sepoi-sepoi basah lembah udara bersih gunung Bromo. Sembari meringkas novel politik republikanisme yang diberikan mantan kekasihku dulu. Sesekali seruput uap kopi biji ireng, kelakar cerita bersama sepuh yang ramah, para jago penunggang-penunggang kuda.

Kala enam tahun silam. Ke Bromo seusai terlibat menyiapkan jalan (kebiasaan) kemenangan, best practice menjadi manusia politik, sharing knowledge pusat-daerah fraksi tentang model politik baru di parlemen dalam bingkisan konsolidasi nasional di Surabaya.

Memang tak sabar ingin melihat Sunrise, berburu spot terbaiknya dimana untuk segera menggigil diselimuti butiran hawa dingin tengger Bromo. Namun sebelum itu, sehingga disebut ini perjalanan cendekia, terlebih dahulu melewati rawa-rawa, kita singgah di rumah sang maha guru, Oemar Said Tjokroaminoto, dan kemudian ke rumah walinya para wali, Sunan Ampel bertafakur (merenung tenang) tentang warisan kemahabijksanaannya

Cerita sedikit menempuh rute ini. Sebab saya masih ingat, rutenya di inisiasi langsung Wasekjend Bapilu. Mesti diulas, lagi pula sehingga catatan ini agar mengandung makna falsafah-ideologis (tersipu senyum). Selain memang ada benarnya, dalam ikhtiar menata politik semangat perubahan restorasi Indonesia, wabil khusus merawat tahta kekuasaan. Peneguhan sikap kebaikan ikut peran menenun republik yang adil-berkemajuan. Dan karena dunia politik semacam membawa kita hidup dalam sebuah wahana permainan. Maka teramat perlu suntikan spirit keteladanan, cahaya bimbingannya, ajaran jiwa dan berkepribadian dari mereka mendiang para guru-guru bangsa.

Tepat pada hari yang menggembirakan para spartan restorasi, tak terasa NasDem menginjak usia 12 tahun. Bergetar hati terbayang kembali menelusuri jejak-jejak telapak yang penuh kemilau, perjuangan berkualitas dan mengesankan. Barangkali saja dengan intuisi savana memicu implosi refleksi, berteduh dulu sejenak saja, bertafakur (merenung tenang) tentang kemahabijksanaan politik. Tetapi jangan pula bersandar pada malam, para Spartan Restorasi terlena pagi terlalu pagi untuk tidur dan berharap-harap cemas menunggu sang pujaan hati (kemenangan) tiba, mustahil mana mungkin datang sendiri.

Savana adalah penamaan terhadap suatu lanskap hamparan rumput yang luas dengan diselingi bermacam-macam ekosistem lain berkumpul saling berinteraksi (rantai-simbiosis). Relevansinya seperti halnya orang bersemedi, mengosongkan opini pesimistis dan mengisinya refleksi diri. Apakah saat ini kita merasa komit terhadap sebuah perjalanan? Akan diarahkan kemana perjuangan, benar mempunyai nilai, atau sekedar menjadi obat kemurungan.

Di tengah sekelumit bencana yang dialami negeri akhir-akhir ini yang rasa-rasanya seolah membuat dunia ambruk. Ketua Umum Surya Paloh sendiri merasa kondisi republik kekinian kian memprihatinkan, penyelewengan yang awalnya berada di level tertentu kini terjadi di semua level.? Kendati begitu, supaya jangan sampai larut bersedih-sedan, peluk diri meratapi. Saya percaya NasDem tidak mungkin kebuntuan daya dobrak, langkah-langkah progresif membangun menuju, melaju, dan melejit capai perubahan. Karena sepertinya karakter itu yang memang telah tersurat ditakdirkan sejarah kepada partai NasDem.

Di ingatkan, saya setuju dengan Ketum SP, memang siapa yang bisa menjamin pribadi-pribadi (penyusup) untuk tidak elok (banalitas) melakukan perbuatan-perbuatan tercela di kemudian hari? Personal-personal nakal terlibat belek rasuah, khianat mengingkari kemutlakan prinsip nilai perjuangan dalam sistem total politik republikanisme partai, tiba-tiba melompat keluar pagar garis ideologi partai. Ironi di tengah jalan mereka alami rem blong, nir adab, moralitasnya merosot sehingga menumpuk ke dalam piramida jahat seperti kesialan yang lainnya.

Kita harus jujur, partai telah berkontribusi menyulap jalur setapak bagi beragam karakter menjadi sohor, mengaitkannya dengan hanya lantaran perkara satu-dua orang adalah ketololan. Sebab dosa satu-dua yang menghancurkan tata berpartai, berbangsa dan bernegara dari waktu ke waktu tentu saja bukanlah dosa institusi partai, tetapi tanggung jawab kita masing-masing di hadapan tuhan dan hukum.

Halaman :
Tags
SHARE