SHARE

istimewa

Bahkan sebagai bentuk dukungan pemberdayaan UMKM, agunan tambahan bagi KUR sampai dengan Rp100 juta tidak lagi diperlukan. Tujuannya adalah mendorong penyaluran KUR agar sesuai target dan semakin berkualitas.

Menteri Airlangga menambahkan, dari sisi kuantitas, total penyaluran KUR per 6 November 2023 tercatat sebesar Rp204,17 triliun atau 68,74 persen dari target 2023 sebesar Rp297 triliun dan telah diberikan kepada 3,67 juta debitur. Pertanyaan selanjutnya, penyaluran KUR untuk kepentingan apa saja?

Data Kemenko Perekonomian menyebutkan kuantitas penyaluran KUR lebih menyentuh sektor produksi sebesar 55,8 persen, lalu dominasi penerima baru KUR yang mencapai 79 persen dari total penerima KUR, dan keberhasilan graduasi debitur KUR yang mencapai 52 persen debitur yang naik kelas. Meskipun data-data di atas memberikan gambaran bahwa usaha sektor UMKM terus berdenyut bila dilihat dari penyaluran kredit, namun pemerintah diminta agar waspada terhadap kinerja pembiayaan bagi sektor tersebut.

Pasalnya, nilai kredit UMKM yang macet juga cukup besar, yakni mencapai Rp22,9 triliun. Parahnya lagi, dana tersebut diduga ada penyalahgunaan untuk dana konsumtif, alih-alih modal usaha.

Hingga 20 November 2023, penyaluran KUR baru mencapai Rp218,40 triliun atau 73,54 persen dari target sebesar Rp297 triliun. Menurut Direktur Eksekutif Institute dor Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, masih jauhnya realisasi pencapaian penyaluran KUR dari target 2023 ditenggarai disebabkan sejumlah faktor.

Pertama penyebab KUR lambat dikarenakan fenomena ekonomi yang melemah. Secara umum kredit juga melemah sebesar 8,96 persen di September 2023. Hal tersebut ini tentu memengaruhi kredit KUR.

Kedua, kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menaikan suku bunga acuan menajdi 6 persen, memengaruhi bunga kredit komersil. Ini memiliki imbas kepada pelaku usaha yang memiliki kredit selain KUR atau kredit komersil. 

Ketiga, di tengah pelemahan ekonomi, munculnya wirausaha baru mengalami penurunan. Di samping itu, adanya tren digitalisasi menambah persaingan semakin kuat, dikarenakan harga barang di platform digital lebih murah.

Terakhir, eskalasi kenaikan sektor bisnis dari pengguna KUR terutama super mikro relatif tertahan. Hal ini disebabkan dua hal, yakni market terbatas dan pelaku usaha tidak ingin naik kelas.

Meskipun harus diakui, di tengah perekonomian global yang masih diselimuti awan gelap, peran sektor UMKM harus tetap terus didorong dan pemerintah tetap harus memberikan afirmasinya, sehingga mereka tetap memiliki daya tahan dan menjadi penyokong perekonomian nasional di tengah masa sulit saat ini. Semoga. dilansir indonesia.go.id

Halaman :
Tags
SHARE