SHARE

Istimewa (Net)

CARAPANDANG - Oleh: Yogen Sogen– Penulis Buku Di Jakarta Tuhan Diburu dan Dibunuh

Langkah maju Indonesia dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap sebenarnya bisa menjadi terobosan untuk menjerat semua tindak pidana suap di sektor swasta (non-government), namun karena kondisi politik rezim orde baru yang melindungi swasta kolega penguasa dan euforia reformasi yang menempatkan suap menjadi populer dalam konteks UU Tipikor, maka undang-undang yang sejatinya masih eksis dan berlaku ini menjadi terlupakan.

Pada konteks, sepakbola Indonesia, terdapat pergeseran yang fundamental, ada pesismisme di benak masyarakat Indonesia, dimana sepak bola mulai disusupi oleh pelaku kriminal. Para pelaku diduga bergerak secara terorganisir, terutama dalam manipulasi pertandingan dan pengaturan skor (match fixing).

Pengaturan skor dan manipulasi pertandingan sebagai ancaman serius.  Pecinta sepakbola wajib mempertanyakan, kemana arah masa depan sepak bola Indonesia. Praktek manipulasi sepak bola ini menjadi momok dalam sepak bola global, mirip pandemi yang menyebar di belahan dunia. Ada ketakutan, namun kita juga harus menaruh harapan serius pada sepak bola tanah air. Sebab membiarkan penyakit kronis dalam tubuh sepakbola, sama halnya mengubur mimpi-mimpi anak bangsa yang mencintai sepakbola, di sisi lain, kita melihat tidak ada tempat yang aman dari match fixing dan match manipulation di dunia ini.

Match fixing adalah jenis pengaturan hasil akhir yang bersifat konvensional atau dengan kata lain sebuah pertandingan yang sudah diatur sedemikian rupa sehingga kita bisa mengetahui hasil akhirnya. Bisa hanya sebagian dari sebuah pertandingan yang diatur, bisa juga keseluruhan, tetapi biasanya match fixing sangat menitikberatkan pada hasil akhir sebuah pertandingan.

FIFA memiliki sistem peringatan dini untuk pola monitoring perjudian dan telah mendirikan kerjasama bilateral dengan interpol. Di mana negara-negara tertentu yang menjadi anggota Uni Eropa telah menyertakan penipuan olahraga dalam hukum pidana (seperti Italia dan Portugal), negara lainnya telah memasukkan ke dalam undang-undang olahraga (Yunani dan Polandia), sementara di negara anggota lainnya tidak dianggap sebagai tindak pidana.

Bedasarkan peringkat dunia, FIFA  pada 26 Oktober 2023 merilis laporan peringkat dunia sepakbola kategori pria sesuai hasil-hasil pertandingan. Sistem poin digunakan, dengan poin diberikan berdasarkan hasil dari semua pertandingan internasional penuh yang diakui FIFA. Pada laporan tersebut, Indonesia didapuk menempati urutan 145 dan selisih jauh dari negara tetangga Malaysia yang menempati 137 dari 211 negara di dunia.

Padahal, berdasarkan hasil lembaga survei Ipsos, Indonesia menjadi negara dengan penggemar sepak bola terbanyak di dunia pada September 2022. Tercatat, persentase penggemar sepak bola di Indonesia mencapai 69%. Posisinya diikuti oleh Uni Emirat Arab sebanyak 65% penggemar sepak bola. Hasil tersebut menjadikan Indonesia menempati urutan pertama negara penggembar sepakbola terbesar di dunia.

Dari data tersebut, seharusnya, pemerintah menyadari bahwa pertumbuhan dan kecintaan warga Indonesia terhadap sepak bola harus sejalan dengan peningkatan kualitas sepakbola di tanah air. konsekuensi logisnya, harus ada kepatuhan terhadap Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1980 disertai evaluasi total dengan memberantas eksistensi mafia bola yang berkembang dalam sel-sel sepakbola tanah air.

Sikat bersih mafia sepak bola

Kita tentu mengapresiasi pemerintah melalui PSSI dengan membentuk Satgas Independen Anti-Mafia Sepak Bola untuk memberantas para mafia match fixing. Pada (20/9/2023) lalu, PSSI secara resmi memperkenalkan Satgas Independen Antimafia Sepak Bola kepada publik. Pembentukan satuan tugas ini adalah untuk percepatan transformasi sepak bola Indonesia terutama dalam membersihkan sepak bola Indonesia dari tangan-tangan kotor mafia pengaturan skor.

Diketahui, Satgas Anti Mafia Sepak Bola beranggotakan mantan Ketua Steering Committee Piala Presiden 2015-2019 Maruarar Sirait, jurnalis Najwa Shihab, mantan Ketua BPKP Ardan Adiperdana, dan koordinator Save Our Soccer (SOS) Akmal Marhali.

Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengatakan, satgas nantinya akan mengumpulkan data dan informasi dari masyarakat umum dan pemangku kepentingan sepak bola Indonesia. Setelah data-data itu dihumpun, nantinya satgas akan diberikan akses untuk melaporkannya kepada Presiden RI Joko Widodo.

Selain itu, Pembentukan Satgas Anti-Mafia Bola Indonesia ini sebagai ruang kolaborasi antara individu independen bekerja sama dengan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang bertujuan untuk mendorong pembenahan sepak bola nasional bersih secara menyeluruh, terutama menyangkut praktik pengaturan skor dan pertandingan. Tim ini berkomitmen penuh menjadi bagian penting dari transparansi dan transformasi sepak bola di Tanah Air.

Ketua Satgas Independen Antimafia Sepak Bola Maruarar Sirait menegaskan akan menanggung biaya operasional tim dari kantongnya sendiri. Ia mengatakan untuk pendanaan awal sebesar Rp 1 miliar akan ditanggung olehnya. Kemudian nanti ke depannya tidak menutup kemungkinan jika ada sumbangan dari para pecinta sepak bola yang mendukung gerakan ini.

Kita tahu, Maruarar Sirait adalah tokoh pemuda yang memiliki integritas dan loyalitas terhadap negara dan bangsa. Penulis berkomunikasi dengan beliau tentang masa depan sepak bola Indonesia, setidaknya ada harapan dan babak baru wajah sepak bola Indonesia terlepas dari genggaman para mafia.

Maruarar Sirait dengan tegas mengatakan, dengan membiarkan kasus tindakan mengatur skor atau match fixing ini semakin mengakar di dunia persepakbolaan, maka dapat mematikan potensi dan prestasi generasi berikutnya untuk sepak bola.

Ketegasan pria kelahiran Medan, 23 Desember 1969 ini seperti mengembalikan optimisme anak-anak bangsa untuk menjadikan sepak bola sebagai bagian dari cita-cita hidup yang sebelumnya dipenggal oleh para mafia.

“Kita sikat mafia sepak bola, pasti maju sepak bola kita,” ujar Ara dalam obrolan kami di WhatsApp pada Selasa, (10/31/2023).

Saya menangkap ada kesungguhan dan keseriusan serta emosi yang diluapkannya. Poinnya, citra buruk dunia sepak bola tanah air harus dilenyapkan. Kita harus optimis, karena di dalam sepak bola ada harapan, ada etika dan moral, ada gotong-royong serta nasionalisme.

Bornn dan Fernandez mengungkapkan bahwa sepak bola pada hakikatnya adalah sebuah permainan yang menekankan pentingnya "ruang" (space) dan "gerak" (movement). Ruang harus diisi oleh semangat untuk bertransformasi menjadi kemenangan melalui gerak juang yang kompetitif dan etis.

Ara Sirait, sejak didapuk menjadi Ketua Satgas Independen Anti-Mafia Sepak Bola pada  (20/9/2023) lalu selalu menekankan nilai perjuangan yang dijiwai oleh semangat nasionalisme. Sepak bola harus terlepas dari penjajahan dan perbudakan mafia. Melalui semangat tersebut, harusnya tidak ada lagi ruang bagi para mafia match fixing membobol kesungguhan sepak bola Indonesia. Karena para mafia tersebut adalah penjajah yang perlu dilenyapkan dari ruang sepak bola.

Luxabacher, 1998 berpendapat, sepakbola adalah permainan yang menantang secara fisik dan mental. Dalam konteks sepak bola dan mafia, tentu Satgas Independen Anti-Mafia yang dimotori Ara Sirait dan tim memiliki komptensi dan strategi yang jitu untuk membobol gawang mafia. Mental dan fisik di tim ini sudah layak melakukan serangan. Saatnya mereka bergerak, menuju kemerdekaan sepak bola Indonesia dari belenggu mafia match fixing.




Tags
SHARE