SHARE

Istimewa

CARAPANDANG - Harga emas mengawali perdagangan dengan menguat setelah ambruk pada akhir pekan lalu.  Kenaikan harga emas didorong oleh ketegangan baru di Rusia serta harapan pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve AS tahun ini. Pelaku pasar juga masih menunggu data inflasi pekan ini untuk memastikan waktu pemangkasan tersebut.

Merujuk data Refinitiv, harga emas ditutup di posisi US$ 2.167,84 per troy ons atau menguat 0,17%. Penguatan ini memutus tren negatif sang logam mulia yang ambruk selama dua hari beruntun sebelumnya dengan pelemahan 1%.

Pada perdagangan Selasa (26/3/2024) pukul 06.37 WIB harga emas di pasar spot menguat 0,46% di posisi US$2.177,88 per troy ons. 

Kenaikan emas ditopang oleh ketegangan geopolitik di Rusia serta harapan adanya pemangkasan suku bunga di AS. Seperti diketahui, kelompok ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan ke Rusia pada akhir pekan lalu.
Emas adalah aset aman yang dicari  di saat ketegangan geopolitik meningkat seperti yang terjadi saat ini,

Harapan pemangkasan suku bunga juga membuat emas menguat. Pelaku pasar emas tengah menunggu data-data ekonomi AS terbaru untuk menjadi petunjuk seperti apa arah kebijakan The Fed ke depan.

Klaim pengangguran AS awal mingguan dijadwalkan keluar pada Kamis  pekan ini dan akan diikuti oleh data indeks harga konsumsi pribadi inti AS (PCE) pada Jumat. Reaksi pasar terhadap data indeks harga konsumsi pribadi mungkin baru akan terlihat pekan depan karena libur Jumat Agung.

"Emas dengan mudah bisa mencapai level US$2.300 atau lebih tinggi pada kuartal kedua, saat pedagang diskresioner dan investor dana yang diperdagangkan di bursa, yang sejauh ini belum benar-benar berpartisipasi dalam reli, masuk ke pasar setelah pemotongan suku bunga dikonfirmasi," kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, kepada Reuters.

Namun, data ekonomi yang lebih kuat dapat menyebabkan emas mundur, tambah Melek.

Kenaikan dolar AS juga membatasi pergerakan harga emas. Indeks dolar ditutup ke posisi 104,47 pada perdagangan kemarin, melesat dibandingkan pada akhir pekan lalu yang tercatat 104%.

Posisi indeks dolar saat ini merupakan yang tertinggi sejak 14 Februari 2024 atau lebih dari 1,5 bulan terakhir. Penguatan dolar ini terutama terjadi setelah aktivitas ekonomi AS masih kencang.

Kenaikan dolar AS membuat pembeli harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli emas karena konversi  nilai. Emas pun menjadi kurang menarik. 

Emas mencapai puncak rekor minggu lalu setelah Federal Reserve mengulangi pandangannya tentang tiga pemotongan suku bunga pada tahun 2024.

Pedagang memperkirakan kemungkinan pemotongan suku bunga pada bulan Juni sebesar 70%, dibandingkan dengan 65% sebelum pertemuan kebijakan Maret Fed minggu lalu.

Suku bunga yang lebih rendah cenderung membuat emas yang tidak memiliki bunga lebih menarik.

Emas juga terus mendapat dukungan dari pembelian bank sentral yang kuat dan permintaan tempat perlindungan yang aman, kata para analis.

Permintaan paladium dari industri otomotif akan didukung lebih lama setelah perubahan hukum emisi baru AS minggu lalu, yang secara efektif akan memungkinkan penjualan mobil yang terkatalis lebih banyak dalam beberapa tahun mendatang, tulis para analis di Heraeus. dilansir cnbcindonesia.com

Tags
SHARE