SHARE

istimewa

CARAPANDANG - Harga emas mengawali perdagangan dengan penguatan, berusaha melawan penurunan pada perdagangan sebelumnya yang anjlok lebih dari 1%. Harga emas akhirnya mulai terkoreksi setelah menyentuh harga tertinggi sepanjang masa di level US$ 2194,99 pada perdagangan intraday 8 Maret 2024.

Pada perdagangan Selasa harga emas di pasar spot ditutup anjlok 1,12% di posisi US$ 2.157,99 per troy ons. Koreksi tersebut menjadi penurunan pertama setelah kenaikan sembilan hari beruntun sejak 28 Februari 2024.

Sementara, hingga pukul 05.12 WIB Rabu (13/3/2024), harga emas di pasar spot bergerak lebih tinggi atau naik 0,05% di posisi US$ 2.158,98 per troy ons.

Harga emas masih berada di bawah tekanan pada perdagangan Selasa, turun lebih dari 1%, setelah laporan inflasi Amerika Serikat (AS) meredupkan prospek The Federal Reserve (The Fed) segera menurunkan suku bunga.

Harga konsumen AS meningkat dengan kuat pada periode Februari, menunjukkan adanya kekakuan dalam inflasi. Data menunjukkan Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 0,4% secara bulanan di bulan Februari. Setiap tahunnya, angka tersebut meningkat 3,2%, di atas perkiraan 3,1%.

"CPI muncul dengan sedikit kesulitan namun pasar mengharapkan angka yang tinggi sehingga reaksi awal agak kelu namun harga menjadi berfluktuasi sejak saat itu," ujar Tai Wong, pedagang logam independen yang berbasis di New York, kepada Reuters.

Dia mengatakan pembeli emas masih akan mencari alasan untuk mendorong harga lebih tinggi. "Sekarang fokus akan beralih ke pertemuan The Fed minggu depan di mana akan ada dot plot yang diperbarui," ujar Wong, mengacu pada perkiraan suku bunga para bankir sentral.

Menurut alat CME FedWatch, pasar masih memperhitungkan peluang sekitar 70% penurunan suku bunga AS pada bulan Juni 2024. Pertemuan kebijakan bank sentral AS berikutnya akan diadakan pada 20 Maret mendatang.

Dalam jangka pendek, harga akan mengalami konsolidasi dan mungkin stabil di sekitar level US$2.100 per troy ons dan akan menembus di atas US$2.200 per troy ons pada akhir kuartal kedua tahun ini, menurut Aakash Doshi, kepala komoditas Amerika Utara di Citi Research, kepada Reuters.

Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas karena dolar yang menguat membuat emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.

Namun, suku bunga yang lebih rendah akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury melemah, sehingga dapat menurunkan opportunity cost memegang emas. Sehingga emas menjadi lebih menarik untuk dikoleksi. dilansir cnbcindonesia.com

Tags
SHARE