SHARE

istimewa

CARAPANDANG - Harga emas di pasar spot kembali menguat dan melanjutkan kenaikan pada perdagangan sebelumnya setelah penurunan dua hari beruntun. Penguatan emas didorong dari penantian data lapangan kerja Amerika Serikat (AS).

Pada perdagangan Rabu (6/12/2023) harga emas di pasar spot ditutup menguat 0,27% di posisi US$ 2.024,89 per troy ons.

Sementara, hingga pukul 06.00 WIB Kamis (7/12/2023), harga emas di pasar spot bergerak lebih tinggi atau naik 0,01% di posisi US$ 2.025,04 per troy ons.

Harga emas jatuh pada Senin dan Selasa pekan ini dengan pelemahan mencapai 2,5%. Ambruknya harga emas hanya datang beberapa hari setelah sang logam mulia mencetak rekor pada Jumat pekan lalu.

Emas menguat pada perdagangan Rabu kemarin karena imbal hasil Treasury yang menurun di level 4,12%. Harga emas kini mulai stabil setelah turun dengan cepat dari rekor tertinggi yang dicapai pada awal pekan ini. Sementara investor bersiap menunggu laporan pekerjaan AS untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut tentang seberapa cepat penurunan suku bunga dapat terwujud.

Kenaikan emas juga ditopang oleh imbal hasil Treasury 10 tahun yang jatuh ke titik terendah dalam lebih dari tiga bulan di angka 4,12%. Emas tidak menawarkan imbal hasil sehingga melemahnya imbal hasil US Treasury membuat emas kembali menarik.

Emas mencapai titik tertinggi sepanjang masa di level US$2,135.40 per troy ons pada hari Senin (4/12/2023) di tengah meningkatnya spekulasi akan pemotongan suku bunga oleh The Fed, sebelum turun lebih dari US$100 karena ketidakpastian mengenai waktu pemotongan suku bunga.

Arah lebih lanjut bisa datang dari data non-farm payrolls AS yang akan dirilis pada hari Jumat, menjelang pertemuan kebijakan bank sentral AS minggu depan. Diketahui non-farm payrolls AS meningkat sebesar 150.000 pada bulan Oktober. Jumlah tersebut merupakan penurunan tajam dari perolehan sebesar 297.000 pada bulan September.

"Pedagang emas dan perak tidak bisa berbuat apa-apa, dan non-farm payrolls pada hari Jumat ini dapat memicu kebakaran harga emas. Meskipun kami memperkirakan hambatan makro akan membebani posisi short logam mulia dalam jangka menengah, kondisi saat ini sudah siap untuk ditekan," ujar analis di TD Securities dalam sebuah catatan, kepada Reuters.

Data FedWatch Tool CME menunjukkan pelaku pasar memperkirakan kemungkinan 60% penurunan suku bunga pada bulan Maret tahun depan.

Arus masuk safe haven yang didorong oleh perang di Ukraina dan Timur Tengah, ditambah dengan spekulasi penurunan suku bunga, telah mendorong kenaikan harga emas batangan lebih dari 10%. Suku bunga yang lebih rendah membuat emas dengan imbal hasil nol lebih menarik dibandingkan aset pesaing seperti obligasi dan dolar.

Antisipasi pelonggaran moneter adalah pendorong terbesar emas saat ini dan harga akan bergerak lebih tinggi di tahun depan, ujar Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, kepada Reuters.

"Geopolitik dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan harga emas, untuk sisa tahun ini dan tahun depan," tambahnya.

Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas karena dolar yang menguat membuat emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.

Namun, suku bunga yang lebih rendah akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury melemah, sehingga dapat menurunkan opportunity cost memegang emas. Sehingga emas menjadi lebih menarik untuk dikoleksi. dilansir cnbcindonesia.com

Tags
SHARE