CARAPANDANG –  Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) membawa tantangan besar terhadap arus informasi. Salah satu bentuknya adalah penyebaran hoaks yang semakin canggih.

Selama setahun terakhir, konten palsu berbasis AI makin sering dipakai untuk penipuan digital. Modusnya menggunakan wajah atau suara tokoh publik seolah-olah sedang menawarkan hadiah.

"Lebih dari 20 tokoh masyarakat menjadi korban deep fake untuk penipuan," ujar Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Septiaji Eko Nugroho, dalam dialog Cek Fakta Pro 3 RRI, Sabtu (14/6/2025). Ia menambahkan bahwa teknologi saat ini mampu meniru suara dan video dengan sangat meyakinkan.

Masyarakat perlu waspada karena penipuan ini seringkali tampak sangat realistis. Tanpa kemampuan literasi digital, Bung Jek, sapaan akrab Septiaji mengatakan publik mudah tertipu konten AI tersebut.

Dirinya juga mendorong kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan platform digital untuk mengatasi hal ini. Ia menekankan bahwa penanganan hoaks tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja.

Langkah positif datang dari dunia pendidikan melalui kebijakan baru Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). Pelajar akan dibekali pelajaran coding dan AI sejak dini.

"Kami menyambut baik pelajaran AI dengan etika penggunaannya," katanya. Menurutnya, penting agar pelajar paham bahaya sekaligus manfaat AI.