"Trennya sangat positif, sebab kesadaran masyarakat China terhadap khasiat sarang burung walet terus meningkat, didukung juga dengan adanya penelitian-penelitian terkini tentang manfaatnya bagi kesehatan," kata Ketua PPSBI Boedi Mranata dalam wawancara dengan Xinhua.
Meski berlandaskan hubungan bisnis, Boedi meyakini perdagangan sarang burung walet antara Indonesia dan China telah menjadi jembatan tidak langsung dalam memperkuat persahabatan kedua bangsa.
Titik baliknya terjadi pada 2015, saat otoritas China mulai membuka secara resmi impor langsung sarang burung walet dari Indonesia. Perusahaan milik Boedi dengan merek 'Xiao Niao' menjadi yang pertama mendapat izin dari otoritas China pada saat itu.
Seiring lonjakan permintaan tersebut, jumlah perusahaan yang saat ini telah mengantongi izin ekspor ke China semakin banyak, yakni sekitar 50 perusahaan, dibandingkan satu dasawarsa lalu yang hanya enam perusahaan. Di sisi lain, kuota untuk eksportir Indonesia juga terus meningkat, dari hanya 79 ton per tahun menjadi 694 ton meski hanya terealisasi separuhnya.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, bekerja sama dengan China Agricultural Wholesale Market Association (CAWA), menggelar forum pertemuan bertajuk "Konferensi Tingkat Tinggi Sarang Burung" (Bird's Nest Summit) pada Maret lalu di Jakarta. Dihadiri puluhan pelaku usaha dari kedua negara beserta sejumlah asosiasi, pertemuan tersebut bertujuan untuk memperkuat perdagangan sarang burung walet.