Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pohuwato, Fidi Mustafa, melaporkan bahwa terdapat delapan kasus baru positif malaria yang tersebar di enam kecamatan. Secara keseluruhan, seluruh kecamatan di Pohuwato telah terdampak, mengancam lebih dari 160 ribu jiwa.
Menurut Fidi, survei darah massal atau MBS adalah bagian dari penanganan terhadap penderita malaria. “Hari ini adalah langkah awal penanganan manusia yang terpapar malaria melalui deteksi dan pengobatan dini secara massal. Ini untuk menjaring kasus yang tidak terdeteksi karena penderitanya tidak berobat ke fasilitas kesehatan,”jelasnya.
Ia menargetkan MBS menjangkau minimal 80 persen dari total penduduk atau sekitar 120 hingga 130 ribu orang. Ia juga menegaskan pentingnya kerja sama semua pihak, termasuk camat dan kepala desa, untuk mendukung pelaksanaan MBS ini.
“Keberhasilan survei ini sangat tergantung pada keterlibatan semua pihak. Selain penanganan manusia yang sakit, pengendalian lingkungan juga sangat penting agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk penyebab malaria,”tambah Fidi.
Kegiatan ditutup dengan penyerahan simbolis logistik penanganan malaria kepada sejumlah puskesmas, berupa larvasida, BMHP (Barang Medis Habis Pakai), dan RDT (Rapid Diagnosis Test).
Logistik ini diserahkan langsung oleh Bupati Saipul Mbuinga, Wakil Bupati Iwan S. Adam, dan Wakil Ketua DPRD Hamdi Alamri kepada kepala puskesmas Popayato, Patilanggio, dan Marisa.