"Kami terus percaya bahwa sebagian besar pelemahan dolar baru-baru ini disebabkan oleh hilangnya kepercayaan terhadap para pembuat kebijakan AS serta dampak negatif dari ketidakpastian kebijakan terhadap ekonomi AS. Oleh karena itu, kami memperkirakan dolar akan terus melemah dan melihat setiap pemulihan dolar sebagai rapuh, tak peduli bagaimana data ekonomi AS muncul," kata Win Thin, Kepala Strategi Mata Uang Global.
Analis riset senior di FXTM, Lukman Otunuga, mencatat bahwa reli emas di atas US$3.350/troy ons telah mendorong harga naik 28% sepanjang tahun ini. Bahkan, melampaui reli tahun lalu sebesar 24%.
"Emas terus bersinar karena kekhawatiran resesi global dengan ketegangan dagang AS-China menarik investor menuju pelukan aman logam mulia," katanya.
"Namun, dengan harga yang sangat overbought, koreksi teknikal bisa segera terjadi sebelum emas kembali naik. Tergantung pada seberapa besar koreksinya, harga bisa turun ke US$3.250 atau US$3.140, dengan level psikologis US$3.000 sebagai support signifikan. Jika US$3.300 terbukti menjadi support yang andal, harga bisa menuju level psikologis berikutnya di US$3.400 dan lebih tinggi," ujarnya lagi.
Kepala strategi komoditas di Saxo Bank, Ole Hansen, mengatakan bahwa dia melihat potensi koreksi besar pada emas. Namun, dia tidak memperkirakan hal itu akan terjadi minggu depan.