Orang-orang meneriakkan slogan saat berpartisipasi dalam sebuah aksi unjuk rasa di Sanaa, Yaman, pada 28 Maret 2025 untuk memprotes serangan udara Amerika Serikat terhadap Yaman. (Xinhua/Mohammed Mohammed)
Tak lama setelah serangan udara besar-besaran itu, Menteri Informasi Yaman Moammar al-Eryani menyalahkan Houthi atas penargetan terhadap pelabuhan bahan bakar itu. Dirinya menuduh milisi itu mengubah pelabuhan tersebut "dari fasilitas ekonomi yang melayani rakyat Yaman menjadi pusat penyelundupan senjata dan bahan bakar."
Sementara itu, Menteri Perminyakan dan Mineral Yaman Saeed al-Shamasi mengonfirmasi kesiapan pelabuhan-pelabuhan yang dikendalikan oleh pemerintah di Aden, Nishtun, Mukalla, dan Mocha untuk menerima pengiriman bahan bakar dan makanan yang mencukupi guna memenuhi permintaan pasar di seluruh wilayah Yaman.
Sebagai respons, Houthi mengecam serangan tersebut sebagai "kejahatan perang total," menepis tuduhan AS dan pemerintah Yaman serta bersikeras bahwa "pelabuhan tersebut merupakan fasilitas sipil, bukan fasilitas militer."
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Jumat, Houthi mengatakan serangan AS itu bertujuan mendukung Israel dalam kejahatannya terhadap rakyat Palestina, dan bersumpah akan melanjutkan "operasi dukungan" mereka untuk Palestina. Sementara itu, kelompok tersebut juga mengeklaim berhasil mencegah semua "pelayaran Israel di Laut Merah."