CARAPANDANG.COM, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran, Seyed Abbas Araghchi, pada Kamis (26/6) mengatakan bahwa tidak ada pengaturan atau komitmen apa pun yang dibuat untuk melanjutkan negosiasi dengan Amerika Serikat (AS), di tengah meningkatnya ketegangan menyusul serangan yang dilakukan oleh Israel dan AS di wilayah Iran.
Dalam sebuah wawancara dengan televisi pemerintah Iran, IRIB, Araghchi mengatakan bahwa kemungkinan untuk memulai kembali pembicaraan sedang dipertimbangkan, tetapi akan bergantung pada apakah kepentingan nasional Teheran terlindungi.
"Keputusan kami semata-mata akan didasarkan pada kepentingan Iran," ujarnya. "Jika kepentingan kami mengharuskan kembali ke meja perundingan, kami akan mempertimbangkannya. Namun pada tahap ini, tidak ada kesepakatan atau janji yang dibuat dan tidak ada pembicaraan yang dilakukan."
Araghchi menuduh Washington mengkhianati Iran dalam putaran negosiasi sebelumnya terkait upaya menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 dan pencabutan sanksi-sanksi AS.
Diplomat Iran itu juga mengonfirmasi bahwa undang-undang yang menangguhkan kerja sama dengan badan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjadi mengikat setelah disahkan oleh parlemen dan disetujui oleh Dewan Wali (Guardian Council) Iran, sebuah lembaga tinggi pengawas konstitusi.
"Undang-undang tersebut kini bersifat wajib dan akan diterapkan. Kerja sama kami dengan IAEA akan mengambil bentuk baru," katanya.