Selain itu, gangguan aliran darah ke plasenta akibat tekanan darah yang tinggi pada ibu dapat mengurangi suplai oksigen dan nutrisi ke janin, sehingga berisiko untuk mengalami gangguan pertumbuhan intrauterin, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelahiran prematur.
Pada kesehatan ibu, hipertensi dapat membuat wanita terkena penyakit kardiovaskular, hipertensi kronik, penyakit jantung koroner, gagal jantung, demensia vaskular, stroke hingga hipotiroidisme.
"Hal ini mencerminkan bahwa upaya penanggulangan hipertensi peripartum merupakan pengelolaan yang kompleks dan melibatkan berbagai disiplin ilmu. Untuk itu, pemahaman terhadap kompleksitas kelainan ini, keseragaman diagnosis juga tatalaksana hipertensi dalam kehamilan sangat diperlukan untuk optimalisasi luaran akibat hipertensi dalam kehamilan," katanya.
Atas dasar tersebut, INASH bersama sejumlah pakar keilmuan lainnya meluncurkan buku Konsensus INASH 2025 mengenai penatalaksanaan hipertensi pada periode peripartum 2025.
Konsensus itu menggarisbawahi tentang upaya meningkatkan pengetahuan dan wawasan para tenaga kesehatan akan bahaya hipertensi peripartum dengan berbagai konsekuensi terhadap kesehatan ibu dan janin selama masa kehamilan dan juga dampak panjangnya.