Sebagai seorang guru bahasa Mandarin dari Jawa Timur, Saifus Somad yakin bahwa bahasa itu merupakan jembatan untuk menumbuhkan pemahaman dan keharmonisan. "Belajar bahasa Mandarin memberikan lebih banyak kesempatan bagi generasi muda Indonesia dan membantu mereka terhubung dengan budaya China," paparnya.
Selama berada di Tianjin, mereka merasakan langsung kekayaan budaya China. Mereka menciptakan lagu menggunakan alat AI, mempelajari puisi klasik, berlatih kaligrafi, dan bahkan menampilkan versi A Dream of Red Mansions yang dipengaruhi oleh budaya Indonesia di sebuah acara universitas.
"Pengalaman-pengalaman ini telah memperdalam pemahaman saya tentang budaya China," ujar Suviana. "Ketika kami mempelajari puisi klasik, kami sangat tersentuh oleh bait-bait tersebut, 'Sepucuk surat dari rumah lebih berharga daripada seribu keping emas' (A letter from home is worth a thousand pieces of gold). Banyak dari kami yang meneteskan air mata karena kami dapat merasakan kerinduan yang begitu kuat.
Saifus Somad dan teman-teman sekelasnya berencana untuk merekam lagu yang diciptakan oleh AI ini dan membawanya ke sejumlah kelas bahasa Mandarin di Indonesia di masa depan, sehingga lebih banyak murid yang dapat merasakan kesenangan belajar bahasa dan pesona budaya.