Selain itu, sebuah proposal kontroversial mengenai relokasi warga Palestina dari Jalur Gaza telah memicu kecaman luas. "Mengirimkan tentara Amerika ke Gaza merupakan gagasan yang tidak berpeluang diloloskan bagi setiap senator," ujar Lindsey Graham, seorang senator Partai Republik untuk Negara Bagian Carolina Selatan.
Banyak kalangan juga yang menyatakan kekhawatiran mereka terhadap Proyek 2025, sebuah kerangka kebijakan yang menguraikan agenda sayap kanan ekstrem dan, menurut reporter BBC Mike Wendling, "akan memperluas kekuasaan presiden dan memaksakan visi sosial yang ultra-konservatif."
Berbagai kekhawatiran terkait pemotongan bantuan luar negeri juga menjadi isu utama lainnya. Di Washington DC, para pengunjuk rasa, termasuk anggota parlemen dari Partai Demokrat dan pekerja nirlaba, berdemonstrasi menentang keputusan pemerintahan Trump untuk merumahkan hampir semua karyawan Badan Pembangunan Internasional AS (U.S. Agency for International Development/USAID), lapor NPR.
USAID mengawasi program-program bantuan kemanusiaan dan pembangunan global AS. Spanduk yang dipegang oleh para demonstran bertuliskan "USAID menyelamatkan nyawa", sebut laporan NPR.
Para pengunjuk rasa mengekspresikan kemarahan mereka tidak hanya kepada Trump, tetapi juga kepada miliarder Elon Musk. Hal ini mencerminkan penolakan kuat terhadap penunjukan Musk sebagai kepala Departemen Efisiensi Pemerintah AS.