SHARE

Istimewa

Sementara pada pasien henti jantung yang sedang hamil, dr. Radityo mengatakan, tubuh pasien harus dimiringkan sekitar 30 hingga 45 derajat untuk memposisikan rahim berada di sisi kiri.

Dalam melakukan resusitasi, dr. Radityo juga mengatakan pentingnya memposisikan pasien dengan posisi mantap, yaitu mengangkat tangan kiri pasien sedangkan tangan kanannya dimiringkan ke sebelah kiri. Tujuannya, bila pasien muntah maka muntahannya dapat keluar dan tidak akan masuk ke saluran pernafasan.

Bantuan Henti Jantung Dasar pada Bayi dan Anak

dr. Radityo mengatakan, penyebab henti jantung pada bayi dan anak berbeda dengan orang dewasa. Jika pada orang dewasa, henti jantung disebabkan karena penyakit jantung, sedangkan pada bayi umumnya disebabkan karena kurangnya oksigen. Resusitasi pada bayi dan anak dapat dilakukan jika laju nadi kurang dari 60 kali per menit.

"Pada anak, lokasi resusitasi ada di tulang dada juga di setengah bagian bawah. Tekan kuat 100 hingga 120 kali per menit, tapi kedalamannya hanya sampai lima sentimeter saja," jelasnya.

Langkah-langkah selanjutnya, kata dr. Radityo, sama seperti BHJD pada orang dewasa yakni pengecekan kesadaran, kompresi dada, airway dan breathing.

Pada anak usia 1 sampai 8 tahun, dr. Radityo mengatakan harus dilakukan kompresi dada dengan meletakkan satu tumit tangan di tengah bawah dada, hindarkan jari-jari pada tulang iga, dan tekan sedalam 4 sampai 5 sentimeter kemudian lepaskan. Setelah itu, buka jalan nafas.

Sedangkan pada bayi, kompresi dada dilakukan dengan meletakkan dua jari pada setengah bawah sternum dengan jarak satu jari berada di bawah garis intermammaria. Kemudian, tekan sedalam 4 sampai 5 sentimeter dan angkat tanpa melepas jari dari sternum. Selanjutnya, buka jalan nafas.

Saat menggendong bayi, lengan penolong harus menahan perut dan dada bayi dengan kepala bayi terletak lebih rendah untuk mencegah tersedak. Usahakan tidak menutup mulut dan hidung bayi.

Resusitasi dapat dihentikan jika penolong sudah memberikan pertolongan secara optimal, penolong sudah mempertimbangkan apakah pasien terpapar bahan beracun atau overdosis, kejadian henti jantung tidak disaksikan penolong, dan asistol yang menetap terekam selama sepuluh menit atau lebih.

Pemberian BHJD, kata dr, Radityo, dapat menimbulkan kemungkinan komplikasi seperti aspirasi regurgitasi, fraktur tulang iga dan tulang dada, pneumotoraks (tulang iga menusuk paru sehingga paru pecah), dan laserasi hati dan limpa.

"Tapi tidak usah takut karena komplikasi seperti ini jarang terjadi. Justru dengan dilakukannya resusitasi, Anda sudah menolong dan ini lebih baik daripada Anda tidak melakukan apa-apa," pungkas dr. Radityo.


 

Halaman :