SHARE

Ilustrasi | Istimewa

CARAPANDANG - Indeks-indeks utama Wall Street merosot pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena kekhawatiran meningkat menjelang laporan pekerjaan bulanan AS untuk September yang diawasi ketat bahwa sikap agresif Federal Reserve dalam menaikkan suku bunga tak berubah dan akan menyebabkan resesi.

Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 346,93 poin atau 1,15 persen, menjadi menetap di 29.926,94 poin. Indeks S&P 500 merosot 38,76 poin atau 1,02 persen, menjadi berakhir di 3.744,52 poin. Indeks Komposit Nasdaq tergelincir 75,33 poin atau 0,68 persen, dan ditutup pada 11.073,31 poin.

Sepuluh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di wilayah negatif, dengan sektor utilitas dan real estat masing-masing terperosok 3,3 persen dan 3,2 persen, memimpin kerugian. Sementara itu, sektor energi terangkat 1,82 persen seiring dengan kenaikan harga minyak, menjadikannya satu-satunya kelompok yang memperoleh keuntungan.

Kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS membebani saham. Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10 tahun yang dijadikan acuan dan obligasi pemerintah 2 tahun keduanya naik pada Kamis (6/10/2022) setelah penurunan yang terlihat awal pekan ini.

Pasar ekuitas biasanya bergerak negatif dengan imbal hasil obligasi, karena imbal hasil obligasi yang lebih tinggi akan membuat investasi ekuitas menjadi kurang menarik.

Pasar secara singkat mengambil kenyamanan dari data yang menunjukkan klaim pengangguran mingguan naik paling tinggi dalam empat bulan pekan lalu, meningkatkan secercah harapan The Fed dapat melonggarkan implementasi kenaikan suku bunga tercepat dan tertinggi sejak Maret dalam beberapa dekade.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Kamis (6/10/2022) bahwa klaim pengangguran awal negara itu, cara kasar untuk mengukur PHK, meningkat 29.000 menjadi 219.000 dalam pekan yang berakhir 1 Oktober. Ekonom yang disurvei oleh The Wall Street Journal memperkirakan klaim baru menjadi total 203.000.

Pasar ekuitas tampak lambat untuk mengakui pesan yang konsisten dari pejabat Fed bahwa suku bunga akan naik lebih lama sampai laju inflasi jelas melambat.

Presiden Fed Chicago Charles Evans adalah yang terbaru untuk menguraikan pandangan bank sentral pada Kamis (6/10/2022) yang mengatakan pembuat kebijakan berharap untuk memberikan 125 basis poin kenaikan suku bunga sebelum akhir tahun karena data inflasi mengecewakan.

"Pasar perlahan-lahan menerima pesan The Fed," kata Jason Pride, kepala investasi untuk kekayaan pribadi di Glenmede di Philadelphia seperti dikutip oleh Reuters.

"Ada kemungkinan bahwa Fed dengan kenaikan suku bunga lebih lanjut mendorong ekonomi ke dalam resesi untuk menurunkan inflasi," kata Pride. "Kami tidak berpikir pasar telah sepenuhnya memahami ini."

Pasar uang memperkirakan peluang hampir 86 persen untuk kenaikan suku bunga 75 basis poin keempat berturut-turut ketika para pembuat kebijakan Fed bertemu pada 1-2 November.

Laporan situasi ketenagakerjaan AS untuk September yang diawasi lebih ketat akan dirilis oleh departemen pada Jumat waktu setempat.

Tags
SHARE