SHARE

Inggit (Antara)

CARAPANDANG - Sejarah perjuangan bangsa Indonesia mencatat sejumlah pahlawan perempuan yang memberontak kepada Belanda.

Sedini awal, Sukarno menyadari bahwa untuk mewujudkan kemerdekaan nasional tak mungkin dicapai tanpa adanya keterlibatan perempuan di dalamnya, dan untuk mengisi kemerdekaan pun tetap tak dapat diwujudkan tanpa perjuangan dan peran perempuan.

Kisah para perempuan pejuang Indonesia sangat penting untuk ditelusuri dan dihadirkan ke publik luas, seperti Kartini, Dewi Sartika, Cut Nya Dien, dan salah satunya Inggit Garnasih.

Nama Inggit Garnasih mengemuka setelah Ramadhan KH menulis kisahnya lewat buku berjudul Kuantar Ke Gerbang. Inggit Garnasih merupakan salah satu tokoh penting dalam perjalanan sosok Ir. Soekarno sebagai Presiden Pertama Republik Indonesia dalam keberhasilannya membangun negara dan bangsa. Inggit Garnasih adalah seorang istri yang setia menemani Soekarno dalam berbagai masa perjuangan—Ia adalah sosok perempuan yang tak lelah bekerja demi memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

Ia meracik jamu, membuat bedak dingin, menjual peralatan pertanian, segala dilakukannya agar Bung Karno tetap setia dan teguh pada cita-citanya memerdekakan bangsa dari kolonialisme dan imperialisme. Ketika Bung Karno akhirnya akan sampai di gerbang Istana, menjelang kemerdekaan bangsa yang didamba, Inggit mengemas barang-barang dan kenangan dalam koper tuanya dan kembali ke Bandung. Inggit memilih mempertahankan martabatnya sebagai perempuan dan menolak dimadu ketika Soekarno menyatakan ingin menikah lagi. Meski Inggit dijanjikan menjadi istri utama, Inggit memilih mengatakan tidak kepada bapak pendiri bangsa ini.

Titimangsa didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation dan Sleepbuddy akan menggelar sebuah pementasan teater musikal bertajuk "Inggit Garnasih: Tegak Setelah Ombak" yang akan dipentaskan pada tanggal 20-21 Mei 2022 di Ciputra Artpreneur, Kuningan, Jakarta mendatang.

Pementasan ini merupakan produksi ke-53 dari Titimangsa. Titimangsa sempat mementaskan Monolog Inggit sebanyak 14 kali pada periode tahun 2011-2014 di Jakarta dan Bandung.

Pada Pementasan kali ini, Titimangsa kembali menghadirkan "Monolog Inggit" yang berbeda dari sebelumnya, dan semua yang terlibat merupakan sosok para perempuan hebat seperti produser dan ko-produser perempuan yakni Happy Salma dan Marsha Timothy. Selain itu, penulis naskah dan komposer juga perempuan, yakni Ratna Ayu Budhiarti dan Dian HP. Sedangkan untuk busana akan berkolaborasi dengan desainer ternama tanah air, Biyan. Iringan musik yang kali ini mengangkat musik orchestra dari Jakarta Concert Orchestra dan paduan suara Batavia Madrigal Singers.

Happy Salma selaku Founder Titimangsa mengatakan, dikutip dari siaran resmi, Senin, “Kami memutuskan untuk mementaskan kembali cerita tentang Inggit Garnasih ini, karena kisah perjalanan hidup Ibu Inggit masih sangat relevan saat ini, dimana perempuan adalah pusat dari semesta rumah tangganya.

Perempuan yang harus merawat semangat suami dan orang-orang sekitarnya tapi juga pada saat bersamaan, harus meredakan badai dalam hati dan mengambil sikap untuk tetap tegak setelah ombak.”

Happy mengatakan, ia bersama Marsha Timothy sebagai koproduser ingin memberikan kesegaran baru pada pementasan ini dengan mengambil sudat pandang yang berbeda. Mereka membuka ruang kreativitas baru dengan berkolaborasi bersama para seniman mumpuni di bidangnya. Meski sempat tertunda selama dua tahun, 40 persen pembeli tiket tidak mau mengembalikan tiketnya. 

Tags
SHARE