SHARE

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo

CARAPANDANG.COM - Membangun peradaban dalam paradigma Pancasila urgen untuk dilakukan.  Ini sebagai landasan fundamental negara agar tidak mudah limbung oleh turbulensi peradaban.

Demikian disampaikan  Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo dalam sambutannya di acara Kongres Kebangsaan, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (28/10).  Acara Kongres Kebangsaan tersebut mengusung tema "Ikhtiar Memperadabkan Bangsa" yang diselenggarakan MPR dan Aliansi Kebangsaan. 

Menurut Bambang, ketika para pendiri negara Indonesia menyiapkan berdirinya negara Indonesia merdeka, mereka sadar sepenuhnya untuk menjawab suatu pertanyaan yang fundamental, “di atas dasar apakah negara Indonesia merdeka didirikan".

"Dengan jawaban yang mengandung makna hidup bagi bangsa Indonesia sendiri yang merupakan perwujudan dan pengejawantahan nilai-nilai yang dimiliki, diyakini, dan dihayati kebenarannya oleh masyarakat sepanjang masa dalam sejarah perkembangan dan pertumbuhan bangsa sejak lahir," ujarnya. 

Politisi Partai Golkar ini mengatakan, nilai-nilai yang diusung para pendiri bangsa tersebut merupakan buah pikiran dan gagasan dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik.

Menurutnya para pendiri bangsa menciptakan tata nilai yang mendukung tata kehidupan sosial dan tata kerokhanian bangsa yang memberi corak, watak dan ciri masyarakat dan bangsa Indonesia yang membedakannya dengan masyarakat atau bangsa lain.

"Kenyataan yang demikian ini merupakan suatu kenyataan obyektif yang merupakan jati diri bangsa Indonesia," ujarnya.

Dalam konteks tersebut, politisi yang akrab disapa Bamsoet ini mengatakan, semestinya seluruh penyelenggara negara menangkap esensi kebudayaan yang sejati, sehingga dapat tegas menyatakan, bahwa kebudayaan sebagai patron dan peta jalan pembangunan bangsa, yang mencegah terjadinya proses reduksi budaya.

Ia menjelaskan, karena reduksi budaya dalam pembangunan nasional akan menghancurkan tatanan hidup bangsa ini.

Ia mengatakan, berangkat dari kenyataan seperti itu, perlu ada pemikiran dan kekuatan alternatif untuk mengingatkan dan menunjukkan peta jalan pembangunan yang lebih dapat diandalkan. "Jalan pembangunan yang lebih menjamin ketahanan nasional dengan kesanggupan untuk merealisasikan visi dan misi negara berdasarkan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945," katanya.

Selain itu, dia juga mengatakan penting untuk disadari bahwa membangun peradaban harus dilandasi oleh kesadaran, tidak ada satu pun peradaban di dunia ini, sekuat dan sehebat apapun kelihatannya, akan kebal terhadap potensi ke-rentanan yang dapat dipicu beragam faktor.

Faktor-faktor tersebut menurut dia yaitu, pertama, ketidaksetaraan dan oligarki politik, yang melemahkan kohesi sosial dan mendorong terjadinya disintegrasi bangsa; kedua, degradasi ekologi, yaitu kemampuan sumberdaya lingkungan semakin rapuh dalam menopang kebutuhan masyarakat yang tumbuh dalam lompatan deret ukur. "Ketiga, kompleksitas tantangan dan persoalan dalam kehidupan kebangsaan; dan keempat faktor eksternal yang tidak ter-prediksi, seperti perang, bencana alam, wabah, dan lain-lain," katanya.

Ia menilai, kemampuan untuk mempertahankan dan membangun peradaban akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan setiap negara untuk belajar dari masa lalu, dan melakukan adaptasi dan inovasi untuk masa depan. Namun menurut dia, jauh lebih penting dari itu adalah kemauan untuk membangun jatidiri dan karakter kebangsaan, sebagai landasan fundamental agar tidak mudah limbung oleh turbulensi peradaban.

Tags
SHARE