SHARE

Hari Ini, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Berpotensi Koreksi

CARAPANDANG - Nilai tukar rupiah hari ini, Jumat (7/10), kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.170 - Rp15.230.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan indeks dolar menguat di Kamis (6/10) setelah pejabat tinggi Federal Reserve memperingatkan bahwa bank sentral AS belum hampir mengakhiri siklus kenaikan suku bunganya. Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan bahwa siklus pengetatan kebijakan AS masih dalam masa-masa awal dan memperingatkan secara eksplisit agar tidak bertaruh pada prediksi awal.

Terlepas dari itu, Bostic menegaskan bahwa AS masih berada dalam tren lonjakan inflasi. Peringatan itu menjadi lebih penting setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, terutama Rusia, bertindak untuk menjaga harga minyak tetap tinggi dengan mengumumkan pemotongan besar dalam produksi mereka mulai bulan depan.

Harga energi yang tinggi telah menjadi salah satu kekuatan terkuat yang mendorong gelombang inflasi global selama setahun terakhir.

Dari sisi internal, Pemerintah masih dapat membuka opsi untuk menambah defisit anggaran. Misalnya menjadi 2,9 persen atau bahkan 2,95 persen terhadap PDB untuk mengakomodasi belanja yang diperlukan, sehingga laju inflasi berpotensi meningkat pada Oktober 2021 sejalan dengan imbas dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Hal ini berdampak terhadap laju inflasi pada September naik 1,17 persen secara bulanan (month-on-month/mom). Ini merupakan rekor inflasi bulanan tertinggi sejak Desember 2014. Secara tahunan inflasi Indonesia tercatat 5,95 persen (year-on-year/yoy).

Ke depan, tekanan inflasi diperkirakan meningkat, akibat dampak lanjutan (second round effect) dari penyesuaian BBM bersubsidi, tekanan inflasi dari sisi permintaan yang tinggi, dan masih tingginya harga energi dan pangan global. Merujuk ke data BPS, kenaikan BBM jenis Pertalite merupakan penyulut utama inflasi dengan andil sebesar 0,89 persen terhadap inflasi September 2022.

Penyebab berikutnya adalah tarif angkutan dalam kota 0,09 persen, Solar 0,03 persen, dan tarif angkutan antar kota dengan andil 0,03 persen. Beberapa komoditas pangan, turut menyumbang inflasi pasa September.

Terutama komoditas cabai merah, telur ayam ras, minyak goreng, cabai rawit, hingga beras. Kabar baiknya, ada juga komoditas pangan yang menghambat inflasi bulan lalu. Misalnya bawang merah, meski andil deflasi hanya 0,05 persen. Dengan berbagai perkembangan tersebut diperkirakan mendorong inflasi 2022 melebihi batas atas sasaran 3 persen.

Untuk itu diperlukan sinergi kebijakan yang lebih kuat antara pemerintah pusat dan daerah dengan BI baik dari sisi pasokan maupun sisi permintaan untuk memastikan inflasi kembali ke sasarannya pada paruh kedua 2023.



Tags
SHARE